Sabtu, 19 Januari 2013

Membangun Image atau Membiarkan Image Terbangun dengan Sendirinya


Ini kali pertama aku menulis dengan ‘aku’, tidak dengan ‘saya’. Ini kali pertama aku menulis dengan nuansa ‘pertemanan’ dan bukan ‘kolega’. Ini kali pertama aku menulis ‘bebas’ dan tidak ‘terikat’.
Tidak pernah aku mengetik dengan cepat seperti ini untuk sebuah tulisan yang hendak di posting di internet dan dilihat oleh sembarang orang. Tidak pernah juga aku menulis dengan tanpa melihat kembali apa yang sudah ditulis setelah lebih dari dua kalimat.

Ada apa? Karena selama ini aku tidak pernah bebas menulis dalam tumblr. Aku hanya bisa menulis bebas dalam diary offline saja. Bebas? Hakikat kebebasan! Ya! Kala apa yang kamu lakukan tidak ‘membentur’ apapun, tidak membentur tujuan, tidak membentur norma etika, tidak membentur pencintraan, pokoknya bebas! Karena hanya otak kananlah yang punya kuasa penuh atas kebebasan. Selama ini aku menulis dengan dominasi otak kiri, dimana aku memikirkan kebenaran dan kebaikan dalam berbahasa, dimana aku memikirkan latar belakang orang-orang yang memungkinkan membaca tulisanku, dimana aku memikirkanefek dari apa yang sudah aku tulis.  Seringnya, aku hanya menulis semacam tulisan singkat dengan format ‘quote’ di tumblr ini. Padahal aku punya cukup ide untuk mengurai sesuatu untuk dibagi. Namun karena aku merasa setiap tulisan itu perlu dipertanggungjawabkan, sering kali aku merasa butuh waktu yang cukup panjang untuk menulis sesuatu dengan perhitungan yang cukup banyak.
Nah, ketika aku menulis tanpa henti dan tanpa koreksi ditengah penulisan, inilah yang dinamakan menulis bebas. :)
Bicara efek, kenapa harus ada efek? Kenapa juga ini hal yang paling aku sorot? Aku, kita, masih terbuat dari atom yang sama, yaitu atom penyusun alam semesta ini. Terlepas dari segala yang terjadi di alam, kita semua saling berharmonisasi yang itu artinya bahwa kita saling memberi efek! Inilah hukum alam. Ketika kamu berbuat baik, maka disebutlah dirimu baik. Ketika kamu berbuat jahat, maka dikenallah kamu orang jahat. Apa yang kamu lakukan, menimbulkan efek, salah satunya efek yang cukup subjektif adalah ‘persepsi’. Setiap yang kita lakukan senantiasa memberi/merubah persepsi/pandangan orang lain terhadap kita.
Apa persepsimu tentang anak yang tampak jarang belajar? Pemalaskah? Apa persepsimu tentang orang yang suka protes? Pemberontakkah? Atau tipikal kritiskah? Apa persepsimu tentang seseorang yang sama sekali tidak kamu kenal tapi kamu hanya melihat dia dari layar facebook/twitter/blog-nya? Ramahkah? Sombongkah? Cerdaskah? Apa persepsimu tentang seseorang yang hanya kamu tahu dari jarak kelasmu ke kelasnya? Pribadi rendah hatikah? Atau pribadi yang sulit untuk diajak berkenalan? Apa persepsimu tentang seseorang yang hanya kamu dengar namanya lewat mulut banyak orang? Seperti ‘demikian’kah dia?
Terlepas dari baik atau tidaknya sebuah prasangka, semuanya terjadi secara alami. Otak kita yang sedikitnya ‘judgemental’. Yang membedakan adalah kamu. Apakah kamu akan menganggap prasangkamu itu sebagai hipotesis yang perlu ditindaklanjuti objektifitasnya? Atau akan kamu anggap sebagai kesimpulan akhir tanpa keinginan untuk mengetahui kebenarannya? Kunci dari perkembangan pikiran adalah membukanya (open mind) dan membiarkan informasi masuk kedalam filter otak kita. Jadi, mau anggap itu hipotesis atau kesimpulan akhir? Pepatah bilang, tak kenal maka tak sayang!
Pada akhirnya, kumulatif dari berbagai persepsi akan membentuk sebuah image. Image yang sebenarnya bisa terbangun dengan sendirinya, atau kita bangun dengan sengaja! Seperti pembuktian seorang siswa pada gurunya, demi mendapat citra ‘anak cerdas’, maka ia berusaha keras untuk memenuhi kriteria cerdas dimata gurunya, maka disanalah sesorang sedang membangun image. Atau ketika seorang pesepak bola sekedar memenuhi kewajibannya dengan selalu berlatih keras demi membela timnya, hingga akhirnya dia sangat dominan membantu kemenangan timnya, lalu seluruh supporter menyebutnya “pahlawan tim ***”, maka disanalah seseorang sedang membiarkan image itu terbangun dengan sendirinya.
See? Tapi aku meyakini, tidak semua image kita adalah hasil dari pembangunan sengaja juga tidak semuanya terbangun dengan sendirinya, terlebih lingkungan sangat mempengaruhi terhadap pemikiran satu sama lain. Sebab kenapa kadang gossip itu berbahaya, dapat mejatuhkan image/citra seseorang, dan dari situ pula bisa hancur hidup seseorang. 
Sekali lagi, “Tak kenal maka tak sayang”. Masih betahkah kamu disitu, menikmati prasangkamu tentang orang lain dengan hanya dari tulisan-tulisannya, foto-fotonya, percakapan-percakapannya dalam dunia maya? Atau kamu sudah merasa cukup mengenal seseorang hanya dengan melihat dia dari jauh dan menilai sikap tubuhnya? Mari saling ‘mereparasi’ image kita satu sama lain dengan mengenal! :)

0 komentar:

Posting Komentar